Meski mengalami kelainan pada kaki kanannya, Dadi tidak mau menyerah. Dia tetap berusaha mencari nafkah demi menghidupi keluarganya. Ini kisahnya
Dream - Tubuh Dadi Iskandar, 39 tahun tidak seperti orang kebanyakan. Pria yang tinggal di Kampung Buaran RT/RW 02/03 Buaran, Serpong, Tangerang Selatan ini memiliki fisik yang kurang sempurna. Ukuran kaki kanannya sangat kecil.
Kondisi itu dia alami sejak kecil. Awalnya, Dadi terlahir dengan kondisi normal. Saat usianya menginjak tiga bulan, orangtuanya membawa Dadi ke puskesmas untuk imunisasi polio.
Sepulang dari imunisasi, Dadi merasakan panas tinggi. Dalam beberapa bulan setelah itu, kaki kanan Dadi mulai mengecil dan tidak tumbuh sempurna.
"Yah, namanya sudah nasib, mau diapain lagi. Kita cuma bisa ikhlas," ujar Dadi, dikutip dari laman dompetdhuafa.org, Selasa, 24 Mei 2016.
Dadi sempat merasa minder dengan kondisi fisik yang tak sempurna. Dia kerap mendapat ejekan dari teman-teman sepermainannya. Akibatnya, selama 16 tahun Dadi menjauhkan diri dari pergaulan.
Semua berubah ketika Dadi berbincang dengan guru mengajinya. Sang guru memberi pesan penyemangat agar Dadi bangkit dan tidak lagi menutup diri.
"Dadi, kamu harusnya bersyukur dikasih ujian begini sama Allah. Kita nggak tahu apa yang terjadi sama kami ke depannya," kata Dadi menirukan pesan sang guru.
Nasehat itu membangkitkan semangat Dadi. Dia kemudian berubah menjadi pribadi yang periang dan religius. Rasa minder telah dia kubur dalam-dalam. Sosialisasi dengan masyarakat mulai dijalankan lagi, hingga menikah dan punya tiga orang anak.
Untuk menyambung hidup, Dadi kini menjalani profesi sebagai guru mengaji privat. Dia bahkan sampai mengajar di dua tempat yang tidak jauh dari rumahnya.
Selain itu, Dadi juga dikenal sebagai sosok yang mandiri. Sejak lulus SMA, dia tidak mau mengandalkan hidup pada orangtuanya.
Alhasil, dia pernah menjalani sejumlah pekerjaan seperti pembungkus arang dan tukang cukur rambut. Pekerjaan itu dia jalankan di sela profesi menjadi guru mengaji yang masih dia jalankan hingga saat ini.
"Waktu itu saya berpikir kerja apaan aja dah, soalnya ngelamar kerja ke mana-mana nggak diterima," ucap dia.
Untuk menambah penghasilan, Dadi juga membuka usaha berupa warung kecil. Warung itu menjual sejumlah kebutuhan pokok dan makanan kecil.
"Alhamdulillah, biar warungnya kecil begini cukup buat sekolahin anak, yang penting kita yakin rezeki udah diatur sama Allah," kata Dadi.
Dadi pun merupakan sosok yang pandai bersyukur. Meski kondisinya cukup terbatas, keluarganya tidak pernah kekurangan. Bahkan dua anaknya, Fahmi, 17 tahun, dan Yuri, 10 tahun, bisa mendapatkan pendidikan tanpa harus dibayangi tunggakan biaya sekolah.
Sumber: dompetdhuafa.org