Zarifeh Shalabi Mengenakan Mahkota Kemenangannya (Monica Almeida/The New York Times)
Dia mewakili sebuah harapan besar untuk hilangnya stigma Islam di Negeri Paman Sam.
Dream - Pada saat serangan teroris di San Bernardino, California, Amerika Serikat (AS) Desember 2015, Zarifeh Shalabi dan keluarganya sedang di tinggal di dalam rumah. Ketika itu, televisi menayangkan aksi teror yang menewaskan 14 orang. Media menayangkan foto-foto tersangka, yang salah satunya perempuan berhijab.
Di dalam rumahnya yang berjarak beberapa kilometer dari tempat kejadian, Zarifeh dan keluarganya khawatir reaksi anti-Muslim. Kenyataan terjadi, ketika keluarga ini berbelanja, Zarifeh mengatakan, para ibu menarik anak-anaknya.
"Kami lebih takut jika ada seseorang yang akan menyakiti kami," kata Zarifeh.
Lima bulan berselang, peristiwa itu seolah luntur. Zarifeh menerima perhargaan dari teman-teman remajanya. Dia dinobatkan sebagai Ratu Pesta, setelah teman-temannya yang non-Muslim mengampanyekan perempuan behijab itu.
"Kami melihat itu adalah peluang yang baik untuk merepresentasikan sesuatu yang baik pula," kata Sarahi Sanchez, kawan Zarifeh yang menjadi mentor di program Sekolah Musim Panas.
"Cara ini untuk membuktikan kami tidak memiliki masalah dengan perundungan dan rasisme," ucap dia kepada The New York Times.
Zarifeh mengatakan, kemenangannya sebagai bentuk pembuktian tidak perlu takut terhadap umat Muslim.
"Mereka tidak melihat kami sebagai ancaman, mereka melihat kami sebagai teman," ucap Zarifeh.
Proses untuk membuktikan itu tidaklah mudah. Sebab, salah satu caranya Zarifeh harus mendatangi pesta di sekolahnya. Padahal, dia adalah seorang Muslimah yang taat. Dia membatasi sosialisasi dengan teman-teman laki-lakinya dan lebih memilih tinggal di rumah.
Awalnya orang tuanya tidak memberi izin kepadanya untuk pergi ke pesta tersebut. Tetapi, orang tuanya mengizinkan dia pergi setelah tahu dia mendapat dukungan dari kawan-kawannya dan memberi tahu peraturan mengenai pesta sekolah itu.
"Dia memohon kepada saya, tapi saya tidak banyak tahu. Saya mengetahui betapa dia dihormati dan dicintai teman-teman sekolahnya," kata ibunya, Manal Haifa.
Lantas, pertanyaan setelah lain muncul. Gaun apa yang hendak digunakan untuk ke pesta itu?
Lalu dia meminta kepada neneknya sebuah koleksi hijab untuk dikenakan. Dia mendapatkan sebuah hijab berwarna emas yang menawan.
Setelah mengubah tampilan gaunnya, dia dan beberapa gadis mendatangi sekolah Dorothy Chandler Pavilion di Los Angeles, AS. Zarifeh tampil menawan malam itu. Dia mendapatkan mahkota Ratu Pesta.
Zarahi membuat bangga kawan-kawan dan keluarganya. Dia mewakili sebuah harapan besar untuk hilangnya stigma Islam di Negeri Paman Sam.
Sumber: New York Times
"Cara ini untuk membuktikan kami tidak memiliki masalah dengan perundungan dan rasisme," ucap dia kepada The New York Times.
Zarifeh mengatakan, kemenangannya sebagai bentuk pembuktian tidak perlu takut terhadap umat Muslim.
"Mereka tidak melihat kami sebagai ancaman, mereka melihat kami sebagai teman," ucap Zarifeh.
Proses untuk membuktikan itu tidaklah mudah. Sebab, salah satu caranya Zarifeh harus mendatangi pesta di sekolahnya. Padahal, dia adalah seorang Muslimah yang taat. Dia membatasi sosialisasi dengan teman-teman laki-lakinya dan lebih memilih tinggal di rumah.
Awalnya orang tuanya tidak memberi izin kepadanya untuk pergi ke pesta tersebut. Tetapi, orang tuanya mengizinkan dia pergi setelah tahu dia mendapat dukungan dari kawan-kawannya dan memberi tahu peraturan mengenai pesta sekolah itu.
"Dia memohon kepada saya, tapi saya tidak banyak tahu. Saya mengetahui betapa dia dihormati dan dicintai teman-teman sekolahnya," kata ibunya, Manal Haifa.
Lantas, pertanyaan setelah lain muncul. Gaun apa yang hendak digunakan untuk ke pesta itu?
Lalu dia meminta kepada neneknya sebuah koleksi hijab untuk dikenakan. Dia mendapatkan sebuah hijab berwarna emas yang menawan.
Setelah mengubah tampilan gaunnya, dia dan beberapa gadis mendatangi sekolah Dorothy Chandler Pavilion di Los Angeles, AS. Zarifeh tampil menawan malam itu. Dia mendapatkan mahkota Ratu Pesta.
Zarahi membuat bangga kawan-kawan dan keluarganya. Dia mewakili sebuah harapan besar untuk hilangnya stigma Islam di Negeri Paman Sam.
Sumber: New York Times