Saat sepasang kekasih yang masih muda menikah, setan menangis. Mengapa bisa demikian?
Dream - Setan telah menjadi musuh abadi umat manusia. Setan diciptakan untuk menjerumuskan manusia dalam perbuatan buruk.
Salah satu perbuatan buruk yang kerap diarahkan kepada adalah perzinahan. Setan menggunakan berbagai perangkap untuk menggiring manusia untuk mendekati perbuatan tersebut.
Di Indonesia, fakta mengenai perzinahan ini tak bisa terelakan. Data Kementerian Sosial, menyebutkan, pada 2013 tingkat kasus kehamilan di luar nikah mencapai 2,2 juta dengan rentang usia 15-19 tahun.
Itu terjadi tak lain karena godaan setan. Meski begitu, setan dapat menangis sejadinya kala manusia menghindari perzinahan dengan menikah muda. Untuk itu, Nabi Muhammad SAW bersabda,
“Wahai pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu maka hendaknya menikah, karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab ia dapat mengekangnya.” (HR. Bukhari).
Lantas mengapa setan dapat menangis?
Setan adalah musuh nyata umat manusia yang bertujuan menyesatkan Bani Adam. Laknatullah ini akan melakukan segala cara agar manusia mengikuti tipu dayanya. Tanpa ampun dan tidak ada kata menyerah, begitulah semangat setan dalam menggoda manusia.
Namun, setan ternyata juga bisa menangis juga. Dalam Hadist Riwayat Ibnu Addi, Rasulullah SAW menceritakan bagaimana setan menangis dan mengeluh karena hal ini. Ternyata yang membuat anak buah Iblis ini sedih adalah ketika manusia memutuskan menikah pada usia muda.
Usia muda dalam konteks ini tentu mereka yang sudah baligh. Setan merasa celaka karena manusia terpelihara dari godaan untuk melakukan perbuatan zina. Sepert diketahui, salah satu perangkap paling ampuh adalah menggiring manusia untuk mendekati perbuatan tersebut.
Jabir bin abdullah ra mengutarakan, Nabi Muhammad SAW bersabda, Barang siapa diantara remaja menikah dalam usia muda, maka menangislah setan. Dan dia mengeluh , ‘Aduh celaka aku, agamanya telah terpelihara dari godaanku“(HR. Ibnu Addi).